Bina Tani Prima
Blog ini bertujuan membuat anjakkan paradigma dan proaktif untuk mengubah pola usaha pertanian agar lebih mensejahterakan masyarakat dan mencapai inspirasi pertanian nasional. Saran kami pertani, koperasi dan perusahaan terlibat dalam tiga komoditi: ternakan sapi, tanaman jagung dan kelapa sawit dengan kerjasama yang saling menguntungkan.
MEMBINA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN INSPIRASI PERTANIAN NASIONAL
Selasa, 27 Juli 2010
Minggu, 25 Juli 2010
TERNAKAN SAPI PO DAN BALI
RINGKASAN EKSEKUTIF
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh ditubuhkan pada 12 Juli 1998 dengan jumlah anggota awal 25 orang. Pendirinya disetujui oleh Kantor Departeman Koperasi dan UKM Kota Potianak dengan Nombor Badan Hukum : 35/BH/X/Tanggal 5 Oktober 1998.
Koperasi saat ini terlibat dalam bisnis simpan pinjam dan usaha payment point listrik. Anggota koperasi telah bertambah menjadi seramai 457 orang dan mereka berminat dalam agribisnis dan telah membuat kesepakatan dengan PT. Bina Tani Prima dari Indonesia dan Foshwa Sdn Bhd dari Malaysia untuk sama-sama mencari kesempatan untuk melabur dalam industri komodi kelapa sawit, sapi, jagung, unggas ayam kampung dan telur ayam kampung.
Pada 28 – 29 April 2010, koperasi ini membawa kedua-dua pengusaha (PT. BTP dan Foshwa) mewakili Indonesia menghadiri BIMP-EAGA Th. 10 Cluster Meeting di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Disana koperasi membuat proposal supaya BIMP-EAGA membantu koperasi untuk berkerjasama dengan pengusaha dari Brunei. Pihak Brunei sangat berminat dan bersetuju mendapatkan bakalan produk unggas dan sapi halal dari Kalimantan Barat.
Koperasi dan pengusaha (PT. BTP) telah menyiapkan lahan di dua lokasi di Kabupaten Kubu Raya, seluas 29 ha di Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya dan seluas 8,400 ha di Desa Radak 1 dan 2,di Kecamatan Terentang. Pada tahap awal koperasi akan membangunkan usaha pembibitan sapi PO disilangkan dengan sapi Bali/Nelore dan penggemukan sapi PO di lokasi 29 ha. Usaha pengembangan selanjutnya akan dilakukan di kawasan lebih luas (8,400 ha) di Kecamatan Terentang dengan membawa masuk pengusaha-pengusaha lokal dan dari Malaysia dan Brunei.
Keterangan Bisnis
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh dan anggota-anggotanya telah sepakat dan bersetuju untuk mengambil bagian yang aktif dan membantu program pemerintah untuk swasembada sapi potong tahun 2014. Koperasi akan meningkatkan jumlah sapi potong yang unggul bagi memenuhi keperluan domestik dan ekspor dan membantu mengurangkan bil impor sapi potong Indonesia.
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh akan mengusahakan pembibitan sapi potong secara lebih komersial. Peternak traditional (petani/ternak pendesaan) pula akan dilibatkan melalui koperasi mereka dalam penggemukkan sapi dengan sapi potong yang lebih unggul untuk kesejahteraan sosial ekonomi mereka.
Skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) merupakan satu kebijakan yang akan memungkinkan diimplementasikan secara meluas untuk memprioritaskan pemurnian sapi potong oleh koperasi. Ternakan sapi bersaiz ekonomik dan menggunakan teknologi moden amat perlu untuk Indonesia swasembada sapi 2014. Pihak koperasi setelah berhasil memproduksi sapi silang akan membina koperasi-koperasi dan petani/ternak lain dan menambah lagi bilangan pusat pembibitan dan penggemukan sapi.
.
Gabungan usaha dan kerjasama oleh pihak swasta, koperasi dan masyarakat perlu mendapat bantuan dari instansi-instansi Pemerintah secara menyeluruh dan berterusan sehingga koperasi ini berhasil menyediakan bibit sapi potong unggul.
Pihak koperasi akan menyediakan bibit sapi PO/Bali yang unggul dan bermutu untuk diternak didalam kebun sawit dan kawasan lahan-lahan terbiar oleh lain-lain koperasi, perusahaan dan petani/ternak. Produk utama yang akan dihasilkan adalah induk F1 sapi PO/Bali, pejantan F1 sapi PO/Bali dan sapi potong untuk penggemukan.
Produk
Saat ini belum ada jenis sapi yang unggul di Kalimantan Barat yang sesuai untuk diternak di kebun kelapa sawit dan petani ternak. Sapi Bali, PO, Madura dan Brahman sangat cucuk untuk diternak dilinkungan tropis. Oleh sebab kurangnya jumlah semua jenis sapi tersebut dan masalah tingkat kelahiran ternak sapi induk yang relatif rendah, koperasi merencana membuka pembibitan sapi PO dan Bali.
Pertama Koperasi akan membaikpulih kondisi ternak sapi lokal PO/Bali yang mengalami degredasi produksi, bentuk tubuhnya yang kecil dan lambat pertumbuhannya melalui pusat pembibitan. Kedua Koperasi akan menggemukan dan menjual sapi potong untuk menampung kos operasional pembibitan.
Pembibitan Sapi PO dan Bali
Koperasi akan membawa masuk ke pembibitan 100 ekor induk sapi PO dari Pulau Jawa dan 3 ekor pejantan sapi Bali dari Pulau Bali dan 2 ekor sapi Nelore atau semennya dari Brasilia untuk dikawin silang di Pusat Pembibitan, di Desa Rasau Jaya Umum, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sapi diternak dalam sistem perkandangan dan penggembalaan lepas bebas. Induk dan anak dikeluarkan dari kandang setiap pagi. Induk yang berahi akan dimasukkan ke kandang pejantan dan dikeluarkan pada hari berikutnya. Sapi dibiarkan dilapangan sekitar 5-6 jam setiap hari dan pakan tambahan diberi dikandang setiap sore/malam.
Anak-anak sapi hasil F1 kawin silang antar PO/Bali dan Nelore adalah sapi unggulan pembibitan koperasi ini dan sesuai dikembangbiak dikebun sawit dan lahan-lahan kosong dan terbiar di Kalimantan Barat. Produk sapi ini akan memiliki sifat-sifat unggulan hasil silangan dari induk dan pejantan yang digunakan.
Penggemukan
Untuk membantu membiayai kos pengurusan pembibitan, koperasi akan berusaha dalam penggemukan sapi potong. Sapi jantan PO akan dibawa masuk dari Pulau Jawa bagi tujuan ini. Pada setiap bulan koperasi akan membawa masuk 50 ekor sapi potong untuk digemukan dan mula menjual pada bulan keempat. Jumlah sapi potong yang akan digemukan sebanyak 600 ekor setiap tahun.
Sapi diternak sama dengan pola peternakan di pembibitan.
Pamasaran
Saat ini sapi unggul untuk diternak dalam kebun sawit belum ada. Jumlah sapi potong juga masih perlu diimpor dari luar daerah. Sasaran pasar adalah koperasi-koperasi plasma di kebun kelapa sawit diseluruh Kalimantan Barat. Mengikut statistik jumlah keluasan kebun sawit di Kalbar sebesar 600 ribu ha dan layak menternak 1,500 ekor sapi. Koperasi akan menjual sapi Induk F1dan Pejantan F1 untuk dijadikan bibit kepada koperasi-koperasi plasma kebun sawit dan perusahaan yang berminat berusaha dibidang pembibitan dan penggemukan sapi. Induk afkir dijual sebagai sapi potong. Hasil produk untuk tempoh sepuluh tahun adalah seperti berikut:
Pembibitan:
Induk Afkir :– 80 ekor
Induk F1 : 175 ekor
Pejantan F1 : 271 ekor
Penggemukan Sapi
Sapi PO yang di gemukan : 5,792 ekor
Team Pengurus
Proyek pembibitan dan pegemukan ini akan diuruskan oleh koperasi dengan bantuan dari perusahaan PT. Bina Tani Prima dan Foshwa Sdn Bhd. Perusahaan akan menyediakan seoramg konsultan dari Malaysia, H Yaakob bin Mahmud untuk membantu team pengurus koperasi.
Permohonan Pinjaman KUPS
Sebesar lapan puluh persen (80%) pengusahaan ternak sapi potong di Indonesia dilakukan oleh peternak traditisional, dua puluh persen (20%) selebihnya oleh perusahaan penggemukan. Oleh karena itu kinerja produksi masih perlu terus didorong. Termasuk memperpendek jarak kelahiran dari 18-21 bulan menjadi 14-16 bulan, meningkatkan angka kelahiran dari 21% menjadi 80% dan memperbaiki bobot karkas dari 146 kg menjadi 250 kg.
Usaha peternakan sapi potong dengan mengedepankan prioritas pada industri pembibitan, pembesaran dengan sistem usaha agribisnis perlu didukung. Sistem agribisnis sapi potong yang diusahakan dengan terpadu dan saling mendukung adalah fundamental pengembangan populasi sapi nasional. Namun, sampai saat ini belum ada usaha khusus yang menghasilkan bibit sapi potong.
Pihak Koperasi berpendapat Pemerintah harus segera melakukan promosi bibit ternak lokal unggulan, sebelum negara lain mengklaim jenis tersebut sebagai kekayaan asli mereka. Pemerintah juga harus segera memulai proyek “National Breed”, dan membantu perusahaan daerah untuk mengembangkan bibit lokal, melokalisasi dan mengelolanya dengan maksimal agar bibit-bibit unggul tersebut bisa berkembang menjadi bibit ternak unggul nasional, serta memantau distribusinya.
Oleh itu Koperasi sangat mengharapkan Pemerintah memberikan insentif pembiayaan untuk usaha penbibitan ini melalui pemberian subsidi suku bunga dalam bentuk skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). Perdanaan dari bank dibutuhkan mengusahakan pusat pembibitan sapi PO/Bali dan penggemukan sapi.
LATARBELAKANG PROYEK
Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun belum dapat memenuhi tingkat konsumsi daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan membaiknya perekonomian masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Pemerintah mencanangkan program swasembada daging sapi dengan target pengurangan impor ternak dan daging menjadi 10% melalui pemberdayaan sumberdaya ternak lokal. Program ini baru efektif tahun 2008 sehingga keberhasilannya pada tahun 2010 tidak tercapai.
Arahan Presiden pada pembentukan kabinet 2009 – 2014 diamanatkan untuk melanjutkan swasembada daging sapi dan menetapkan Kegiatan Prioritas Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) pada program prioritas Departemen Pertanian. Pemerintah harus segera melakukan promosi bibit ternak lokal unggulan, sebelum negara lain mengklaim jenis tersebut sebagai kekayaan asli mereka. Pemerintah harus segera memulai proyek “National breed”, untuk mengembangkan bibit lokal, melokalisasi dan mengelolanya dengan maksimal agar bibit-bibit unggul tersebut bisa berkembang menjadi bibit ternak unggul nasional, serta memantau distribusinya.
Pentingnya Swasembada Sapi Potong
• Permintaan daging sapi saat ini 6,5 kg/kapita/tahun dan akan terus meningkat.
• Kebutuhan daging sapi 30% dipenuhi oleh impor dan sekitar 60% dari Australia. Daging 70 ribu ton dan sapi bakalan 630 ribu ekor.
• Ancaman Asean, Australia, New Zealand – Free Trade Area (AANZ-FTA). Produk peternakan dibebaskan bea mulai 2017.
• Membantu 4,6 juta rumah tangga yang terlibat dalam ternak sapi potong.
• Pengeluaran devisa negara 5,1 trilyun/tahun.
Workshop Program Swasembada Daging (PSDS) pada tanggal 25 Nopember 2009 Dilaksanakan di Bogor yang dibuka oleh Menteri Pertanian dan dipimpin oleh Direktur Jenderal Peternakan:
• Diskusi juga melibatkan pengusaha penggemukan sapi, importer sapi dan daging beku, Perguruan Tinggi, Dinas Peternakan Propinsi se Indonesia juga UPT Ditjen Peternakan se Indonesia.
• Workshop membahas upaya penyelesaian target PSDS tahun 2010 dan berbagai langkah taktis dalam mencapai swasembada daging tahun 2014.
Keputusan Workshop
1. Pengembangan pembibitan,
2. Penyediaan bibit melalui KUPS,
3. Optimalisasi insemininasi buatan dan intensifikasi kawin alam,
4. Penyediaan dan pengembangan mutu pakan,
5. Pengembangan usaha,
6. Pengembangan integritas,
7. Penanggulangan gangguan reproduksi,
8. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan, peningkatan kualitas dan rumah potong hewan,
9. Pencegahan pemotongan betina produktif, pengendalian sapi import,
10. Pengendalian distribusi,
11. Pemasaran.
Daerah Pergembangan Sapi
Lapan belas (18) provinsi yang difokuskan untuk pengembangan sapi potong, diantaranya Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultra, Sulteng, Kalsel dan Kalbar.
Pihak Koperasi telah mengambil initiatif menunjukkan kepada BIMP EAGA semasa rapat di Kota Kinabalu, Malaysia bahawa Kalbar mempunyai produk sapi unggul dan akan berusaha meningkatkan produksi bagi tujuan export.
Perwakilan dari negara-negara BIMP EAGA amat berminat terhadap program Koperasi Karya Ampuh. Mereka sangat mendukung usaha kami dan telah bersetuju untuk membantu Kalbar menjadi pengexpor sapi potong ke negara mereka.
Pada saat ini Kalbar telah mendapat exposure internasional mendahului provinsi lain di Indonesia mengenai pergembangan sapi. Oleh sebab Kalbar tidak mempunyai banyak sapi usaha menternak sapi harus segera dimulai secara besar-besaran. Pada tahap awal koperasi terpaksa membawa masuk sapi dari pulau-pulau lain untuk pembibitan
Strategi Kalbar
• Kalbar memiliki potensi lahan perkebunan sawit yang cukup besar sekitar 599.548 ha dan lahan terbiar yang sangat luas.
• Ratio ternakan sapi didalam kebun sawit, 400 ha:100 ekor sapi. Areal kebun sawit di Kalbar boleh menternak 1,500 ekor induk dan pejantan sapi.
• Pada presentase kelahiran 80%, ternakan sapi di kebun hanya mampu menghasilkaan 1,200 ekor sapi/tahun, dengan presentase 50% jantan dan 50% betina. Sapi jantan F1 untuk pejantan dan sapi F1 betina untuk dijadikan induk. Sapi yang diafkir digemukan sabagai sapi potong.
• Dengan mengurangkan jumlah kematian anak dengan rawatan teknis yang rapi, jumlah sapi pejantan, induk dan sapi potong untuk penggemukkan akan terus meningkat setiap tahun.
• Melantih dan membantu lebih ramai lagi perusahaan, koperasi dan petani/ternak terlibat dalam pembibitan dan penggemukan sapi di Kalimantan Barat.
Sistem Yang Menjaminkan
Peternakan sapi secara traditional ternyata tidak akan membantu swasembada sapi 2014. Koperasi ini mengambil initiatif untuk membuat perubahan yang perlu untuk mengadakan bibit sapi potong yang unggul.
Usaha peternakan yang disarankan bertahap dan setiap kelompok peternak mempunyai peran masing-masing dalam proses penyediaan sapi potong:
• Nucleus – Pengadaan jenis sapi murni dan unggul – (Pemerintah )
• Multiplier – Pembiakkan F1 dari pembibitan Nucleus untuk menambah jumlah sapi unggul – (Swasta/Koperasi)
• Cow Calf – Kelompok ternak sapi induk F1, anak dan pejentan unggul F1 – (Swasta/Koperasi )
• Fattener - Penggemukkan – (Swasta/Koperasi/Petani)
KOPERASI SERBA USAHA KARYA AMPUH
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh ditubuhkan pada 12 Juli 1998 dengan jumlah anggota awal 25 orang. Pendirinya disetujui oleh Kantor Departeman Koperasi dan UKM Kota Potianak pada tanggal 5 Oktober 1998. Legalitas hukum adalah seperti berikut:
Nombor Badan Hukum : 35/BH/X/Tanggal 5 Oktober 1998
NPWP : 2.086.037-5-701
Surat Izin : No. 789/2005/UP2T/R-II/B/2003
SKSRP : No. 012/PBSP-KB/VIII/2002
Surat Usaha Jasa Konstruksi : No. 1-C00386-147-2-000326
Tanda Anggota Gapensi : No. 18.07.0658
Sejarah bermula dengan inspirasi perkumpulan anak muda yang memiliki potensi dan kemauan bekerja dengan berbagai latar belakang pendidikan, keterampilan, minat dan bakat serta kemampuan yang dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis. Dari sebuah perkumpulan tersebut, dengan potensi yang ada dilanjutkan dengan pekembangan dalam bentuk kegiatan usaha menjual ayam, sayuran, bua-buahan, ikan, hasil laut dan konveksi. Melihat pekembangan tersebut, maka tercetuslah ide untuk membentuk sebuah badan usaha yaitu Koperasi dengan nama “Karya Ampuh – Anak Muda Punya Harapan), karena yang melaksanakan usaha tersebut sebahagian besar adalah anak muda yang baru menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
Koperasi saat ini terlibat dalam bisnis simpan pinjam dan usaha payment point listrik. Anggota koperasi telah bertambah menjadi seramai 457 orang dan mereka berminat dalam agribisnis dan telah membuat kesepakatan kerjasama dengan PT. Bina Tani Prima dari Indonesia dan Foshwa Sdn Bhd dari Malaysia untuk sama-sama mencari kesempatan untuk melabur dalam industri komodi kelapa sawit, sapi, jagung dan unggas ayam kampong dan telur.
MISI
Menjadi perusahaan kebun berintegrasi yang unggul untuk mencapai tujuan membina kesejahteraan, masyarakat dan inspirasi pertanian nasional.
TUJUAN PLAN BISNIS
• Membentuk kerjasama antar Pemerintah, Perusahaan, Koperasi dan Masyarakat untuk swasembada sapi 2014.
• Menyarankan kepada Pemerintah untuk memurnikan sapi PO dengan pejantan sapi Nelore/Bali dan anak F1 dari persilangan ini diternak dan dikembangbiakkan secara terintegrasi oleh perusahaan, koperasi, dan masyarakat pendesaan.
• Memohon pinjaman untuk penyediaan bibit sapi PO murni melalui Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan bantuan daripada Kementerian Koperasi.
• Menyakinkan BIMP EAGA, Indonesia mempunyai potensi ternakan sapi potong untuk diexpor dan layak mendapat bantuan perdanaan dari BIMP EAGA kepada perusahaan SME terutama Koperasi masyarakat.
• Membuka kesempatan untuk pengusaha luar negeri masuk dan berinvestasi dalam bisnis pembibitan dan penggemukan sapi di Kalimantan Barat.
TUJUAN PROYEK
• Pembibitan dan pemurnian sapi Induk PO dengan sapi Pejantan Nelore dan sapi Pejantan Bali.
• Penggemukan sapi potong untuk menampung kos pembibitan sapi.
LOKASI PROYEK
Lokasi: Desa Rasau Jaya Umum, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Letak Geografis
Strategis terletak pada jalur pelayaran internasional, dekat dengan Jakarta, Batam dan Riau. Berbatasan langsung dengan bagian Sarawak (Malaysia Timur), Brunei dan Singapura Lahan Transmigrasi.
Lahan
• Lahan – 29 Ha.
KONSEP PERTERNAK INTEGRASI TERNAKAN (PINTAR)
Bidang usaha berimput rendah. Sapi dibawa masuk dan diberi rumput dan pakan yang sediaada dilinkungan atau mudah disediakan oleh penternak setempat.
Input lain:
Obat-obatan
Garam galian
Sumber air
Peralatan pengenalan ternakan
Kandang
Sistem berpagar
TERNAKAN PILIHAN SAPI BALI DAN PO
Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil domestikasi dari Banteng (bibos banteng) dan merupakan sapi asli Pulau Bali. Sapi Bali merupakan breed yang mempunyai potensi besar dengan populasi sekitar 26,92%. Perkembangannya sangat cepat karena kesuburannya tinggi dan efesien serta dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi. Untuk lebih meningkatkan populasi sapi Bali dibutuhkan manajemen yang baik terutama dalam pengendalian pengeluaran ternak dengan memperhatikan nilai pertambahan alami (natural increase), mortalitas, ternak pengganti (replacement stock), jumlah ternak tersingkir, pemasukan ternak hidup dan besarnya proyeksi kenaikan populasi ternak dan perkawinan antar breed.
Di Indonesia perkembangan sapi Bali sangat cepat dibanding dengan breed potong lainnya. Persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak dapat mencapai 80 persen. Selain beberapa keunggulan di atas terdapat juga beberapa kekurangan yakni bahwa sapi Bali pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit tertentu misalnya; penyakit jembrana, peka terhadap penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte.
Sapi Peranakan PO
Sapi PO merupakan sapi impor yang telah menadaptasi sepenuhnya dengan iklim di Indonesia . Bobot hidup bervariasi mulai 200 kg hingga mencapai sekitar 450 kg. Saat ini sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak di silangkan dengan sapi Brahman dan lain-lain sapi Bos taurus. Sapi PO adalah bangsa sapi hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina lokal di Jawa. Berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir.
Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Presentase karkas rendah cuma 45%.
Kemurnian populasi, kualitas genetik, kualitas dan kuantitas produksi akan dibaiki dan dikahwin silang semula dengan jenis keturunan asalnya (Onglore/Nelore) untuk meningkatkan produksi daging. Sapi Nelore asalnya dari keturunan sapi berasal dari daerah Angole di India. Sapi ini dibawa ke Brazil yang kemudian dikembang biak menjadi baka Nelore. Ia telah beradaptasi dengan baik dengan cuaca dan persekitaran negara Brazil dan negara –negara Amerika Selatan.
Sapi Nelore berjumlah 100 juta di Brazil dan sangat potensial dan secara genetic telah berkemampuan beradaptasi terhadap lingkungan khatulistiwa.
SIFAT-SIFAT SAPI NELORE
• Species Bos indicus
• Bonggol diatas bahu.
• Kulit longgar.
• Warna putih abu dengan kulit, mulut dan ekor hitam.
• Cuping terpendek dari semua tipe Bos Indicus.
• Tahan panas serangan serangga.
• Kaki panjang yang membantu berjalan dan makan dalam linkungan berair.
• Metabolism rendah yang mengurangkan panas dan sapi ini boleh kurang makan dan jarang kembong perut.
• Bentuk badan panjang dan tinggi, bagian penting selamat dari luka dan jangkitan kuman.
Sifat-sifat ini menjadikanya lebih efisien dan produktif dipembibitan.Induk Nellore boleh menghasilkan anak sangat lama, pandai menjaga anak dan mempunyai susu yang cukup untuk kesehatan anak-anak yang dilahirkan.
KEUNGGULAN NELORE
• Sapi Nellore dibiakkan di Brazil karena sapi ini tahan cuaca dan linkungan yang tidak sesuai untuk sapi lain.
• Ketahanan ini mengizinkan sapi Nelore diternak secara pengembalaan.
• Sapi disuntik, ditanda dan dirawat setahun sekali.
• Sapi dihasilkan dan ditingkatkan berat badan dengan hanya memakan rumput dilapangan.
RANCANGAN PEMBIAKKAN SAPI PERANAKAN PO DAN BALI
Produktivitas Sapi
Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran waktu tertentu. Produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan. Aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya.
Produktivitas nyata ternak merupakan hasil pengaruh genetik dan lingkungan terhadap komponen-komponen produktivitas. Performan seekor ternak merupakan hasil dari pengaruh faktor keturunan dan pengaruh komulatif dari faktor lingkungan yang dialami oleh ternak bersangkutan. sejak terjadinya pembuahan hingga saat ternak diukur dan diobservasi. Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin panampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik.
Produktivitas ternak potong di Indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan produktivitas dari ternak sapi di negara-negara yang telah maju dalam bidang peternakannya. Usaha harus dibuat untuk meningkatkan produktivitas sapi daging melalui modofikasi lingkungan atau mengubah mutu genetiknya dan dalam praktek adalah kombinasi antara kedua alternatif diatas.
Komponen produktivitas sapi potong adalah jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet (calf crop), perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan. Tabel 1 menunjukkan rataan persentase kelahiran, kematian dan calf crop beberapa sapi potong di Indonesia.
Tabel 1. Rataan persentase kelahiran, kematian dan calf crop beberapa sapi potong di Indonesia
Bangsa Kelahiran Kematian Calf crop
Brahman
Brahman cross
Ongole
Lokal cross
Bali 50,71
47,76
51,04
62,47
52,15 10,35
5,58
4,13
1,62
2,64 48,80
45,87
48,53
62,02
51,40
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sapi Bali memperlihatkan persentase kelahiran 52,15% lebih tinggi di banding dengan sapi Brahman 50,71%, Brahman cross 47,76% dan sapi Ongole 51,04% kecuali Lokal cross (Lx) 62,47%, demikian pula calf crop sapi Bali 51,40% lebih tinggi dibanding sapi Brahman 48,80%, Brahman cross 45,87% dan sapi Ongole 48,53% kecuali Lokal cross sebesar 62,02 % serta persentase kematian yang rendah. Hal tersebut dapat memberi gambaran bahwa produktivitas sapi Bali sebagai sapi asli Indonesia masih tinggi, namun jika dibandingkan dengan sapi asal Australia masih tergolong rendah yakni calf crop-nya dapat mencapai 85 %.
Sifat produksi dan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa sapi, keadaan tanah, kondisi padang rumput, penyakit dan manajemen. Oleh karena itu perbaikan mutu sapi potong haruslah ditekankan pada peningkatan sifat produksi dan reproduksi yang ditunjang oleh pengelolaan yang baik dari segi zooteknis dan bioekonomis.
Penampilan produktivitas sapi Bali di beberapa Provinsi dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Penampilan produktivitas sapi Bali di beberapa Provinsi di Indonesia
Keterangan Sul.Sel NTT Irja NTB Bali P3Bali
Berat Lahir (Kg)
Berat Sapih (Kg)
Berat 1 th, Jantan (kg)
Betina (Kg) Berat 2 th, Jantan (Kg)
Betina (Kg)
Berat Dewasa, Jantan (kg)
Betina (Kg)
Ukuran Tubuh Dewasa :
Jantan :
Lingkar Dada (cm)
Tinggu gumba (cm)
Panjang badan (cm)
Betina :
Lingkar Dada (cm)
Tinggu gumba (cm)
Panjang badan (cm)
Persentase beranak/th (%)
12
70
115
110
210
170
350
225
181,4
122,3
125,6
160,0
105,4
117,2
76 12
75
120
110
220
180
335
235
180,4
126,0
134,8
158,6
114,0
118,4
70 12,8
73,5
118
111
218
179
352
235
180,6
125,6
132,1
159,2
112,8
118,0
66
13
72
117,8
113
222
182
360
238,5
182
125,2
133,6
160,0
112,5
118,0
72 16
86
135
125
235
200
395
264
185,5
125,4
142,3
160,8
113,6
118,5
69 18
94
145
135
260
225
494
300
198,8
130,1
146,2
174,2
114,4
120,0
86
Penelitian mengenai perbandingan indek perdagingan sapi-sapi Indonesia dengan sapi Austrlaia telah dilakukan di RPH Ciroyom Bandung. Penelitian ini menggunakan 75 ekor sapi lokal dan 25 ekor sapi ACC. Sapi mempunyai kondisi tubuh sedang dengan kisaran umur 2,5 sampai 3,5 tahun. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui nilai indek perdagingan sapi-sapi lokal dan sapi Australia. Metode Penelitian yang digunakan adalah Causal Comparatif. Perubah yang diukur adalah bobot hidup, bobot karkas, panjang karkas dan indek perdagingan. Data yang terhimpun dianalisis berdasarkan metode sidik ragam selanjutnya untuk mengetahui perbedaan diantara bangsa sapi digunakan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase karkas tertinggi diperoleh dari sapi Bali dengan rataan 54,00 persen, kemudian sapi ACC 51,00 persen, sapi Madura 47,00 persen dan sapi PO 44,00 persen. Pada perhitungan indek perdagingan sapi Australia nyata lebih tinggi yaitu 1,415, sedangkan sapi Bali 1,232 dan sapi PO bernilai 1,210. Sapi Bali mempunyai potensi yang baik seperti sapi ACC.
Koperasi ini berpendapat silangan sapi induk PO dengan sapi pejantan Bali dan Nelore mempunyai potensial agribisnis yang sangat bagus untuk tujuan swasembada sapi 2014.
PEMBIBITAN SAPI PO DAN BALI
Koperasi akan membawa masuk ke pembibitan 100 ekor induk sapi PO dari Pulau Jawa dan 3 ekor pejantan sapi Bali dari Pulau Bali dan 2 ekor sapi Nelore atau semennya dari Brasilia untuk dikawin silang di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sapi diternak dalam sistem perkandangan dan penggembalaan. Induk dan anak dikeluarkan dari kandang setiap pagi. Induk yang berahi akan dimasukkan ke kandang pejantan dan dikeluarkan pada hari berikutnya. Sapi dibiarkan dilapangan sekitar 5-6 jam setiap hari dan pakan tambahan diberi dikandang setiap sore.
Anak-anak sapi hasil F1 kawin silang antar PO/Bali dan Nelore adalah sapi unggulan pembibitan koperasi ini dan sesuai dikembangbiak dikebun sawit dan lahan-lahan kosong dan terbiar di Kalimantan Barat. Produk sapi ini akan memiliki sifat-sifat unggulan dari induk dan pejantan yang digunakan.
Persiapan Lapangan
• Tanaman Rumput Gajah Taiwan – 4 ha
• Kadang induk & anak sapi
• Kadang pejantan
• Pagar
• Gudang pupuk
• Gudang pakan ternak
• Rumah Karyawan
• Tempat proses pupuk
• Kolam
PEDOMAN TEKNIS
Pengelolaan perkahwinan
• Sapi betina - > 18 -24 Bulan
• Keadaan berahi – tempoh 24 jam
• Berahi berikutnya 18 – 24 hari kemudian
• Sapi Berahi - Berbunyi bising
Kemaluan merah dan membengkak
Keluar lendir dari kemaluan
Panjat memanjat sesama sendiri
Mengasing diri, gelisah dan kurang makan.
• Ratio Induk/Pejantan 20:1
Sapi Bunting
• Sapi bunting tidak akan menunjukkan tanda-tanda berahi. Tempoh bunting 283 hari.
• Selepas melahirkan anak sapi betina boleh dikahwinkan semula apabila datang berahi pada 40-60 hari kemudian.
• Sapi betina tidak sesuai untuk dibiakkan lagi selepas 5-6 kali beranak atau pada umur 8 – 10 tahun.
Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan dengan 2 cara: yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening)
Pada siang hari penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput sekitar 5-7 jam per hari.
Pada waktu malam di kandang pakan tambahan diberikan dan ditambah mineral.
Pakan Tambahan
Bahan Kering
(%) Protein
(%) Tenaga
(Mj/kg) Kalsium Fosforus
Rumput Napier 18.4 12.2 8.0 0.30 0.24
Jagung Kisar 89.7 9.3 12.48 0.32 0.35
Batang Jagung 37.6 12.2 7.50 0.32 0.34
Berat (g/Hari) Bahan
Kering Protein
(Kg) Tenaga Kalsium Fosforus Vitamin A (i.u)
100 500 2.8 0.361 30.0 16 8 4200
150 500 4.0 0.476 39.4 18 11 6400
200 700 5.8 0.640 52.7 21 14 8500
250 700 6.3 0.718 61.2 23 17 10600
300 700 7.3 0.777 64.6 24 18 12700
350 800 7.4 0.811 73.3 26 19 12700
400 600 9.0 0.902 83.6 27 21 17000
450 600 9.5 0.898 91.3 28 22 19100
Perkandangan
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
Kesehatan Ternak
Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pengendalian: penyakit sapi yang paling baik adalah menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusahakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Surveilans berbagai penyakit pada sapi serta pengendalian berbagai penyakit pada sapi berdasarkan hasil surveilans. Tugas bersama diperlukan antara BPPV, BBVet dan Dinas Peternakan di kabupaten/kota serta propinsi.
Berbagai penyakit tentunya sudah diketahui dapat mempengaruhi reproduktif sapi dan produktivitas sapi. Penyakit yang dapat mempengaruhi reproduksi dan produktivitas dalam populasi dan masih ada di Indonesia diantaranya brucellosis, infectious bovine rhinotracheitis (IBR), bovine viral diarrhea (BVD), cacing hati (fasciolosis) dan berbagai penyakit strategis lain.
PENGGEMUKAN SAPI PO
Untuk membantu membiayai kos pengurusan pembibitan koperasi juga akan berusaha dalam penggemukan sapi potong. Sapi jantan PO akan dibawa masuk dari Pulau Jawa bagi tujuan ini. Pada setiap bulan koperasi akan membawa masuk 50 ekor sapi potong dan mula menjual pada bulan keempat. Jumlah sapi potong yang akan digemukan sebanyak 600 ekor setiap tahun.
Sapi diternak sama dengan pola ternak di pembibitan.
Persiapan Lapangan
• Lapangan rumput alami
• Kadang sapi potong
• Pagar
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
• Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
• Matanya tampak cerah dan bersih.
• Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
• Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
• Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
• Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
• Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
• Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi PO atau Brahman. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
• tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
• kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
• laju pertumbuhannya relatif cepat.
• efisiensi bahannya tinggi.
Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah:
• Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
• Mempermudah perawatan dan pemantauan.
Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Koperasi akan mencoba kedua alternatif ini pada peringakat awal.
Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan2 cara: yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening).
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang dikenal dengan istilah kereman. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
Karkas Sapi
Tujuan peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia.
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).
Potensi Kenaikan Berat Jenis-Jenis Sapi
Jenis Berat (Kg) Bakalan Kenaikan Karkas
(Kg) (Kg) Kg/Hari) %
1 Brahman Cross 550-800 250-300 1,5-2 48,6-54,2
2 Bali 300-400 200 0.66-1 56,9
3 Peranakan PO 584-600 250 0.8-1 45
4 Simmental 800-1,150 250-300 1,5-2 50
Target Penggemukan:
Bakalan sapi PO berbobot < 300 kg/ekor seharga Rp 5,5 juta/ekor.
Digemukan selama 100-200 hari sehingga berbobot > 400 kg/ekor.
Harga jual > Rp 6-8 juta /ekor.
Laba bersih > Rp 600,000 – Rp 1 juta/ekor.
PASARAN DAN EKONOMI
Kebutuhan daging nasional pada 2009 mencapai 390,000 ton atau setara 2,1 juta ekor. Dari jumlah itu produksi lokal hanya 1,1 juta ekor. Selisih kekurangan sebesar 1 juta ekor itu dipenuhi dari impor sapi yang mencapai 700,000 ekor.
Saat ini tingkat kosumsi daging sapi di Indonesia berkisar 1,8-2 kg/kapita/tahun. Jumlah itu jauh tertinggal dibanding negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang masing-masing mencapai 7 kg/kapita/tahun dan 25 kg/kapita/tahun. Dengan konsumsi 1,8 kg/kapita/tahun dan asumsi jumlah penduduk 230 juta pada 2009, saat ini dibutuhkan 414 juta kg daging sapi. Angka itu apabila dikonversi menjadi sapi hidup dengan 2,406 juta ekor.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian kini tengah gencar menyukseskan program swasembada sapi pada 2014. Penyediaan daging sapi dalam negeri diproyeksikan meningkat menjadi 90% pada 2014 dari semula 67% (2010). Target konsumsi juga hendak ditingkatkan menjadi 10 kg/kapita/tahun. Indonesia perlu mewujudkan paling tidak 10 juta sapi setiap tahun dengan asumsi jumlah penduduk sama seperti pada 2009.
PROYEKSI PASOKAN DAN KEBUTUHAN (Ribu Ton)
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Penyediaan daging dalam negeri
329,36
351,35
376,43
404,56
435,82
Penyediaan produk lokal 282,99 316,13 349,68 384,24 420,38
Kawin alam 105,11 115,29 122,90 128,18 131,26
Hasil IB 177,87 200,84 226,78 256,06 289,12
Penyediaan produk lokal total penyediaan 70,2 75,53 89,50 85,29 90,01
Pemasukan eks bakalan setara daging 46,37 35,22 26,76 20,32 15,44
Pemasukan eks bakalan 260,05 198,86 149,02 112,81 85,40
Impor dading sapi 73,76 67,21 57,94 45,96 31,23
Total penyediaan daging sapi 403,12 418,56 434,37 450,53 467,04
Penyediaan produk impor terhadap total penyediaan (%) 3,83 3,78 3,72 3,67
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian RI
Analisa Pasaran dan Plan Pemasaran
PROYEKSI POPULASI 2010 - 2014 (Ribu Ekor)
2010 2011 2012 2013 2014
Sumatra 143,126 172,186 201,270 231,332 263,268
Jawa 166,633 200,454 234,315 269,313 306,492
Bali & Nusatenggara 92,979 111,852 130,744 150,273 171,019
Kalimantan 30,693 36,922 43,153 49,604 56,452
Maluku & Papua 19,974 19,924 23,290 26,768 30,463
453,405 541,338 632,772 727,290 827,694
Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.
Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam sub segmen yaitu :
1. Konsumen Dalam Negeri (Golongan menengah keatas)
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
2. Konsumen Asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong, ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan.
3. Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat.
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).
HARGA PRODUK DI PASARAN
Pembibitan
Saat ini belum ada sapi unggul hasil kawin silang antar sapi PO dengan Pejantan sapi bali atau sapi Nelore. Produk sapi induk dan pejantan F1 hasil silangan PO/Bali/Nelore mempunyai potensial harga pasaran yang lebih tinggi:
Harga Jualan Sapi Unggul
Jual Induk Afkir @Rp 20,000/kg (300kg/ekor) = Rp 6,000,000/ekor
Jual Induk - Heifers @Rp 22,000/kg (250kg/ekor) = Rp 5,000,000/ekor
Jual Pejantan @Rp 25,000/kg (250kg/ekor) = Rp 6,250,000/ekor
Harga Jualan Sapi Penggemukan
Bakalan sapi berbobot 250 kg/ekor seharga Rp 5 juta/ekor (Rp 20,000/kg) digemukkan selama 100-200 hari hingga berbobot 350-400 kg/ekor dan dijual dengan harga berkisar Rp 6 juta-8.5 juta/ekor (Rp 20,000/kg). Pengusaha menangguk laba bersih Rp 600,000-1 juta/ekor.
KEUANGAN
TERNAKAN PEMBIBITAN SAPI PO DAN SAPI BALI
Ekor/Unit
Kg/Unit
IDR/Unit
Total
Induk 100 250 20,000 500,000,000
Pejantan PO & Bali 6 400 25,000 60,000,000
Pagar listrik 3 4,200,000 12,600,000
Kandang Rawatan 1 28,000,000
Pembaikan Kerosakan 12 Bulan 500,000 6,000,000
Obat dan Rawatan 12 Bulan 500,000 6,000,000
Air 12 Bulan 200,000 2,400,000
2 Karyawan @ IDR 1,960,000/bln 12 Bulan 3,920,000 47,040,000
TOTAL 662,040,000
TERNAKAN FIDLOT PENGGEMUKAN
Kos Kerja Tanah 8,400,000
Kos Kandang 336,000,000
Kos Coral Yard 56,000,000
Pembinaan Setor Makanan 28,000,000
Tangki Air & Saluran Paip 42,000,000
Pemagaran kawasan 28,000,000
Kolam Kumbahan 42,000,000
Alat Penimbang Lembu 33,600,000
Peralatan Makan Lembu 21,000,000
Lain lain Perbelanjaan 28,000,000
TOTAL 623,000,000
600 Ekor
Galian 3,360,000
Pakanan Tambahan 403,200,000
Perubatan 4,590,600
Sapi Bakalan PO/Brahman 3,000,000,000
Vitamin 4,590,600
TOTAL 3,415,741,200
Gaji & Upah - 1 Mandor + 2 Karyawan 116,928,000
Benzine, Solar dll 16,800,000
Pembaikan & Perkhidmatan 6,230,000
Perjalanan & Lesen Jalan 16,800,000
Sewa Lahan 2,800,000
Pemasaran 16,800,000
Pengurusan Kumbahan 4,200,000
Kontingensi @ 10% 17,637,200
TOTAL 198,195,200
Penyata Kewangan dan Penyata Untung –Rugi
Aliran kewangan, Sumber Kewangan Ekuiti Perusahaan dan IRR, B/C Ratio dll.
Titik Pulangan Modal, Tempoh Penangguhan
Jadual Bayaran Balik Pinjaman
ORGANISASI DAN PENGURUSAN
Jumlah anggota Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh saat ini adalah 475 orang. Susunan Pengurus dan Pengawas adalah sebagai berikut:
Pengurus:
Ketua : Yuyun Rosida
Sekreteris : Sukandar, ST
Bendahara : Titiek Susanti, S.P.
Pengawas:
Ketua : H. M. Kusyairi Husman, A. Ag
Anggota : Ali Habibi Patra
Anggota : Hadiman
Pengurusan Proyek Pembibitan dan Penggemukan Sapi
Pengurus Proyek Sapi : Asti Okdaliza, S.T
Pengurus /Farm Manager (Koperasi)
Seorang sarjana yang mempunyai pengalaman bekerja minimal tiga tahun disektor swasta dilantik sebagai pengurus dalam usaha peternakan ini. Berpengalaman atau sangat berminat dibidang ternakan sapi, sanggup bekerja dikadang dan cekap menguruskan administrasi dan operational perternakan sapi.
Pengurus bertanggunjawab mengenai semua urusan admisnistrasi dan operational pembibitan dan penggemukan sapi dan harus mencapai target/standar yang ditetapkan oleh koperasi:
Target pembibitan:
Ta
Rget
Anak (<12 bln) Kematian 10% atau kurang /Tahun
Anak (12 - 24 bln) Kematian 5% atau kurang /Tahun
Kematian Dewasa 2% atau kurang /Tahun
Presentase Beranak 80 - 90 %.
Presentase Afkir Induk /Tahun 10 - 15 %.
Penggantian Induk Dari Anak F1
Target penggemukkan:
Masuk / Bln 50 Ekor
Baka Sapi PO Min
Berat Awal 250 Kg Kenaikan Berat 1.00 kg/hari 0.50kg
Berat Akhir 350 Kg Jangkamasa Ternak 100 hari 60 hari
Kematian 1.0% /batch Kadar Makan 6.0 kg/hari
Supervisor Penggemukan Sapi – (1 orang)
• Menyediakan hijauan pakan, memotong rumput atau jagung di gudang pakan hijauan dan membuat laporan-laporan pengadaan hijauan pakan dan merangkap tugas menimbang. Hijauan pakan disediakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kandang.
• Menerima laporan laporan dari para karyawan untuk dikumpulkan kepada manager.
• Menerima laporan stock pengadaan pakan hijauan, pakan konsentrat dan status laporan.
• Menjaga kesehatan dan reproduksi sapi.
• Merangkap kasir / keuanagn atas operasional farm sehari-hari.
• Merangkap sebagai pembelian konsentrat.
• Menginput data dan laporan tertulis di computer.
Karyawan Pembibitan Sapi dan Penggemukan – (4 Orang)
• Bertanggung jawab memonitor kesehatan dan status reproduksi sapi betina indukan dan pejantan.
• Membersihkan kandang dan penyediaan pakan ternakan.
• Membuat laporan-laporan kesehatan, reproduksi dan statusnya.
• Membuat dan melaporkan status sapi: perkawinan sapi, kebuntinagn sapi, laporan
deteksi perkawinan dan status kelahiran sapi.
Strategi Pengurusan Sumber Manusia Sekarang dan di Masa Hadapan
Semua karyawan dari Pengurus sehingga karyawan harian akan diberi perlatihan dan dibawa membuat studi banding mempelajari cara peternakan sapi sistem pergembalaan di sekitar Kalbar dan Sarawak, Malaysia.
H Yaakob Mahmud dari perusahaan PT. Bina Tani Prima akan bertindak sebagai konsultan. Beliau yang mempunyai pengalaman pembibitan dan penggemukkan sapi didalam kebun sawit di Malaysia dan akan membantu koperasi untuk memberi latihan dan berhasilnya proyek ini.
PINJAMAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS)
Proyek Pembibitan Sapi PO/Bali ini merupakan upaya peningkatan kinerja biologi ternak sapi melalui penerapan teknologi secara sinergis sehingga dapat menekan angka kematian, memperpendek jarak beranak dan mempercepat pertumbuhan. Proyek Penggemukan pula adalah usaha sampingan yang perlu diusahakan bersama untuk menampung pembiayaan di Pembibitan. Saat ini orang banyak belum mempedulikan qualitas sapi dan mereka rata-rata tidak mempedulikan keunggulan sapi lokal. Untuk masa terdekat sapi unggulan PO/Bali yang dihasilkan masih berharga rendah dan secara bertahap akan meningkat sesuai dengan kesadaran masyarakat.
Apabila pengembangan sapi PO/Bali dengan manajemen terpadu yang berbasis kandang kolektif ini berhasil dan diterapkan pada seluruh wilayah di Kalimantan Barat diharapkan akan tumbuh lagi pusat-pusat pembibitan sapi PO/Bali di pedesaan dengan produksi unggul yang lebih banyak, seragam dan kontinyu sehingga dapat mendukung penyediaan sapi bibit dan bakalan sapi potong di Kalimantan Barat.
Dengan model pengembangan berbasis kandang kolektif ini, Kalimantan Barat diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan sapi bibit dan bakalan unggul untuk pembibitan dan penggemukan.
Apresiasi perlu diberikan kepada para peternak dan pengusaha pembibitan sapi PO/Bali dengan memberikan harga bibit yang layak sesuai dengan standar mutu, harganya lebih tinggi dibandingkan dengan gabah untuk konsumsi.
Permohonan Pinjaman KUPS
Sebesar lapan puluh persen (80%) pengusahaan ternak sapi potong di Indonesia dilakukan oleh peternak traditisional, dua puluh persen (20%) selebihnya oleh perusahaan penggemukan. Oleh karena itu kinerja produksi masih perlu terus didorong. Termasuk memperpendek jarak kelahiran dari 18-21 bulan menjadi 14-16 bulan, meningkatkan angka kelahiran dari 21% menjadi 80% dan memperbaiki bobot karkas dari 146 kg menjadi 250 kg.
Usaha peternakan sapi potong dengan mengedepankan prioritas pada industri pembibitan, pembesaran dengan sistem usaha agribisnis perlu didukung. Sistem agribisnis sapi potong yang diusahakan dengan terpadu dan saling mendukung adalah fundamental pengembangan populasi sapi nasional. Namun, sampai saat ini belum ada usaha khusus yang menghasilkan bibit sapi potong.
Pihak Koperasi berpendapat Pemerintah harus segera melakukan promosi bibit ternak lokal unggulan, sebelum negara lain mengklaim jenis tersebut sebagai kekayaan asli mereka. Pemerintah juga harus segera memulai proyek “National Breed”, dan membantu perusahaan daerah untuk mengembangkan bibit lokal, melokalisasi dan mengelolanya dengan maksimal agar bibit-bibit unggul tersebut bisa berkembang menjadi bibit ternak unggul nasional, serta memantau distribusinya.
Oleh itu Koperasi sangat mengharapkan Pemerintah memberikan insentif pembiayaan untuk usaha penbibitan ini melalui pemberian subsidi suku bunga dalam bentuk skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS).
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh ditubuhkan pada 12 Juli 1998 dengan jumlah anggota awal 25 orang. Pendirinya disetujui oleh Kantor Departeman Koperasi dan UKM Kota Potianak dengan Nombor Badan Hukum : 35/BH/X/Tanggal 5 Oktober 1998.
Koperasi saat ini terlibat dalam bisnis simpan pinjam dan usaha payment point listrik. Anggota koperasi telah bertambah menjadi seramai 457 orang dan mereka berminat dalam agribisnis dan telah membuat kesepakatan dengan PT. Bina Tani Prima dari Indonesia dan Foshwa Sdn Bhd dari Malaysia untuk sama-sama mencari kesempatan untuk melabur dalam industri komodi kelapa sawit, sapi, jagung, unggas ayam kampung dan telur ayam kampung.
Pada 28 – 29 April 2010, koperasi ini membawa kedua-dua pengusaha (PT. BTP dan Foshwa) mewakili Indonesia menghadiri BIMP-EAGA Th. 10 Cluster Meeting di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Disana koperasi membuat proposal supaya BIMP-EAGA membantu koperasi untuk berkerjasama dengan pengusaha dari Brunei. Pihak Brunei sangat berminat dan bersetuju mendapatkan bakalan produk unggas dan sapi halal dari Kalimantan Barat.
Koperasi dan pengusaha (PT. BTP) telah menyiapkan lahan di dua lokasi di Kabupaten Kubu Raya, seluas 29 ha di Desa Rasau Jaya Umum, Kecamatan Rasau Jaya dan seluas 8,400 ha di Desa Radak 1 dan 2,di Kecamatan Terentang. Pada tahap awal koperasi akan membangunkan usaha pembibitan sapi PO disilangkan dengan sapi Bali/Nelore dan penggemukan sapi PO di lokasi 29 ha. Usaha pengembangan selanjutnya akan dilakukan di kawasan lebih luas (8,400 ha) di Kecamatan Terentang dengan membawa masuk pengusaha-pengusaha lokal dan dari Malaysia dan Brunei.
Keterangan Bisnis
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh dan anggota-anggotanya telah sepakat dan bersetuju untuk mengambil bagian yang aktif dan membantu program pemerintah untuk swasembada sapi potong tahun 2014. Koperasi akan meningkatkan jumlah sapi potong yang unggul bagi memenuhi keperluan domestik dan ekspor dan membantu mengurangkan bil impor sapi potong Indonesia.
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh akan mengusahakan pembibitan sapi potong secara lebih komersial. Peternak traditional (petani/ternak pendesaan) pula akan dilibatkan melalui koperasi mereka dalam penggemukkan sapi dengan sapi potong yang lebih unggul untuk kesejahteraan sosial ekonomi mereka.
Skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) merupakan satu kebijakan yang akan memungkinkan diimplementasikan secara meluas untuk memprioritaskan pemurnian sapi potong oleh koperasi. Ternakan sapi bersaiz ekonomik dan menggunakan teknologi moden amat perlu untuk Indonesia swasembada sapi 2014. Pihak koperasi setelah berhasil memproduksi sapi silang akan membina koperasi-koperasi dan petani/ternak lain dan menambah lagi bilangan pusat pembibitan dan penggemukan sapi.
.
Gabungan usaha dan kerjasama oleh pihak swasta, koperasi dan masyarakat perlu mendapat bantuan dari instansi-instansi Pemerintah secara menyeluruh dan berterusan sehingga koperasi ini berhasil menyediakan bibit sapi potong unggul.
Pihak koperasi akan menyediakan bibit sapi PO/Bali yang unggul dan bermutu untuk diternak didalam kebun sawit dan kawasan lahan-lahan terbiar oleh lain-lain koperasi, perusahaan dan petani/ternak. Produk utama yang akan dihasilkan adalah induk F1 sapi PO/Bali, pejantan F1 sapi PO/Bali dan sapi potong untuk penggemukan.
Produk
Saat ini belum ada jenis sapi yang unggul di Kalimantan Barat yang sesuai untuk diternak di kebun kelapa sawit dan petani ternak. Sapi Bali, PO, Madura dan Brahman sangat cucuk untuk diternak dilinkungan tropis. Oleh sebab kurangnya jumlah semua jenis sapi tersebut dan masalah tingkat kelahiran ternak sapi induk yang relatif rendah, koperasi merencana membuka pembibitan sapi PO dan Bali.
Pertama Koperasi akan membaikpulih kondisi ternak sapi lokal PO/Bali yang mengalami degredasi produksi, bentuk tubuhnya yang kecil dan lambat pertumbuhannya melalui pusat pembibitan. Kedua Koperasi akan menggemukan dan menjual sapi potong untuk menampung kos operasional pembibitan.
Pembibitan Sapi PO dan Bali
Koperasi akan membawa masuk ke pembibitan 100 ekor induk sapi PO dari Pulau Jawa dan 3 ekor pejantan sapi Bali dari Pulau Bali dan 2 ekor sapi Nelore atau semennya dari Brasilia untuk dikawin silang di Pusat Pembibitan, di Desa Rasau Jaya Umum, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sapi diternak dalam sistem perkandangan dan penggembalaan lepas bebas. Induk dan anak dikeluarkan dari kandang setiap pagi. Induk yang berahi akan dimasukkan ke kandang pejantan dan dikeluarkan pada hari berikutnya. Sapi dibiarkan dilapangan sekitar 5-6 jam setiap hari dan pakan tambahan diberi dikandang setiap sore/malam.
Anak-anak sapi hasil F1 kawin silang antar PO/Bali dan Nelore adalah sapi unggulan pembibitan koperasi ini dan sesuai dikembangbiak dikebun sawit dan lahan-lahan kosong dan terbiar di Kalimantan Barat. Produk sapi ini akan memiliki sifat-sifat unggulan hasil silangan dari induk dan pejantan yang digunakan.
Penggemukan
Untuk membantu membiayai kos pengurusan pembibitan, koperasi akan berusaha dalam penggemukan sapi potong. Sapi jantan PO akan dibawa masuk dari Pulau Jawa bagi tujuan ini. Pada setiap bulan koperasi akan membawa masuk 50 ekor sapi potong untuk digemukan dan mula menjual pada bulan keempat. Jumlah sapi potong yang akan digemukan sebanyak 600 ekor setiap tahun.
Sapi diternak sama dengan pola peternakan di pembibitan.
Pamasaran
Saat ini sapi unggul untuk diternak dalam kebun sawit belum ada. Jumlah sapi potong juga masih perlu diimpor dari luar daerah. Sasaran pasar adalah koperasi-koperasi plasma di kebun kelapa sawit diseluruh Kalimantan Barat. Mengikut statistik jumlah keluasan kebun sawit di Kalbar sebesar 600 ribu ha dan layak menternak 1,500 ekor sapi. Koperasi akan menjual sapi Induk F1dan Pejantan F1 untuk dijadikan bibit kepada koperasi-koperasi plasma kebun sawit dan perusahaan yang berminat berusaha dibidang pembibitan dan penggemukan sapi. Induk afkir dijual sebagai sapi potong. Hasil produk untuk tempoh sepuluh tahun adalah seperti berikut:
Pembibitan:
Induk Afkir :– 80 ekor
Induk F1 : 175 ekor
Pejantan F1 : 271 ekor
Penggemukan Sapi
Sapi PO yang di gemukan : 5,792 ekor
Team Pengurus
Proyek pembibitan dan pegemukan ini akan diuruskan oleh koperasi dengan bantuan dari perusahaan PT. Bina Tani Prima dan Foshwa Sdn Bhd. Perusahaan akan menyediakan seoramg konsultan dari Malaysia, H Yaakob bin Mahmud untuk membantu team pengurus koperasi.
Permohonan Pinjaman KUPS
Sebesar lapan puluh persen (80%) pengusahaan ternak sapi potong di Indonesia dilakukan oleh peternak traditisional, dua puluh persen (20%) selebihnya oleh perusahaan penggemukan. Oleh karena itu kinerja produksi masih perlu terus didorong. Termasuk memperpendek jarak kelahiran dari 18-21 bulan menjadi 14-16 bulan, meningkatkan angka kelahiran dari 21% menjadi 80% dan memperbaiki bobot karkas dari 146 kg menjadi 250 kg.
Usaha peternakan sapi potong dengan mengedepankan prioritas pada industri pembibitan, pembesaran dengan sistem usaha agribisnis perlu didukung. Sistem agribisnis sapi potong yang diusahakan dengan terpadu dan saling mendukung adalah fundamental pengembangan populasi sapi nasional. Namun, sampai saat ini belum ada usaha khusus yang menghasilkan bibit sapi potong.
Pihak Koperasi berpendapat Pemerintah harus segera melakukan promosi bibit ternak lokal unggulan, sebelum negara lain mengklaim jenis tersebut sebagai kekayaan asli mereka. Pemerintah juga harus segera memulai proyek “National Breed”, dan membantu perusahaan daerah untuk mengembangkan bibit lokal, melokalisasi dan mengelolanya dengan maksimal agar bibit-bibit unggul tersebut bisa berkembang menjadi bibit ternak unggul nasional, serta memantau distribusinya.
Oleh itu Koperasi sangat mengharapkan Pemerintah memberikan insentif pembiayaan untuk usaha penbibitan ini melalui pemberian subsidi suku bunga dalam bentuk skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS). Perdanaan dari bank dibutuhkan mengusahakan pusat pembibitan sapi PO/Bali dan penggemukan sapi.
LATARBELAKANG PROYEK
Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun belum dapat memenuhi tingkat konsumsi daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan membaiknya perekonomian masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Pemerintah mencanangkan program swasembada daging sapi dengan target pengurangan impor ternak dan daging menjadi 10% melalui pemberdayaan sumberdaya ternak lokal. Program ini baru efektif tahun 2008 sehingga keberhasilannya pada tahun 2010 tidak tercapai.
Arahan Presiden pada pembentukan kabinet 2009 – 2014 diamanatkan untuk melanjutkan swasembada daging sapi dan menetapkan Kegiatan Prioritas Pencapaian Swasembada Daging Sapi (PSDS) pada program prioritas Departemen Pertanian. Pemerintah harus segera melakukan promosi bibit ternak lokal unggulan, sebelum negara lain mengklaim jenis tersebut sebagai kekayaan asli mereka. Pemerintah harus segera memulai proyek “National breed”, untuk mengembangkan bibit lokal, melokalisasi dan mengelolanya dengan maksimal agar bibit-bibit unggul tersebut bisa berkembang menjadi bibit ternak unggul nasional, serta memantau distribusinya.
Pentingnya Swasembada Sapi Potong
• Permintaan daging sapi saat ini 6,5 kg/kapita/tahun dan akan terus meningkat.
• Kebutuhan daging sapi 30% dipenuhi oleh impor dan sekitar 60% dari Australia. Daging 70 ribu ton dan sapi bakalan 630 ribu ekor.
• Ancaman Asean, Australia, New Zealand – Free Trade Area (AANZ-FTA). Produk peternakan dibebaskan bea mulai 2017.
• Membantu 4,6 juta rumah tangga yang terlibat dalam ternak sapi potong.
• Pengeluaran devisa negara 5,1 trilyun/tahun.
Workshop Program Swasembada Daging (PSDS) pada tanggal 25 Nopember 2009 Dilaksanakan di Bogor yang dibuka oleh Menteri Pertanian dan dipimpin oleh Direktur Jenderal Peternakan:
• Diskusi juga melibatkan pengusaha penggemukan sapi, importer sapi dan daging beku, Perguruan Tinggi, Dinas Peternakan Propinsi se Indonesia juga UPT Ditjen Peternakan se Indonesia.
• Workshop membahas upaya penyelesaian target PSDS tahun 2010 dan berbagai langkah taktis dalam mencapai swasembada daging tahun 2014.
Keputusan Workshop
1. Pengembangan pembibitan,
2. Penyediaan bibit melalui KUPS,
3. Optimalisasi insemininasi buatan dan intensifikasi kawin alam,
4. Penyediaan dan pengembangan mutu pakan,
5. Pengembangan usaha,
6. Pengembangan integritas,
7. Penanggulangan gangguan reproduksi,
8. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan, peningkatan kualitas dan rumah potong hewan,
9. Pencegahan pemotongan betina produktif, pengendalian sapi import,
10. Pengendalian distribusi,
11. Pemasaran.
Daerah Pergembangan Sapi
Lapan belas (18) provinsi yang difokuskan untuk pengembangan sapi potong, diantaranya Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sultra, Sulteng, Kalsel dan Kalbar.
Pihak Koperasi telah mengambil initiatif menunjukkan kepada BIMP EAGA semasa rapat di Kota Kinabalu, Malaysia bahawa Kalbar mempunyai produk sapi unggul dan akan berusaha meningkatkan produksi bagi tujuan export.
Perwakilan dari negara-negara BIMP EAGA amat berminat terhadap program Koperasi Karya Ampuh. Mereka sangat mendukung usaha kami dan telah bersetuju untuk membantu Kalbar menjadi pengexpor sapi potong ke negara mereka.
Pada saat ini Kalbar telah mendapat exposure internasional mendahului provinsi lain di Indonesia mengenai pergembangan sapi. Oleh sebab Kalbar tidak mempunyai banyak sapi usaha menternak sapi harus segera dimulai secara besar-besaran. Pada tahap awal koperasi terpaksa membawa masuk sapi dari pulau-pulau lain untuk pembibitan
Strategi Kalbar
• Kalbar memiliki potensi lahan perkebunan sawit yang cukup besar sekitar 599.548 ha dan lahan terbiar yang sangat luas.
• Ratio ternakan sapi didalam kebun sawit, 400 ha:100 ekor sapi. Areal kebun sawit di Kalbar boleh menternak 1,500 ekor induk dan pejantan sapi.
• Pada presentase kelahiran 80%, ternakan sapi di kebun hanya mampu menghasilkaan 1,200 ekor sapi/tahun, dengan presentase 50% jantan dan 50% betina. Sapi jantan F1 untuk pejantan dan sapi F1 betina untuk dijadikan induk. Sapi yang diafkir digemukan sabagai sapi potong.
• Dengan mengurangkan jumlah kematian anak dengan rawatan teknis yang rapi, jumlah sapi pejantan, induk dan sapi potong untuk penggemukkan akan terus meningkat setiap tahun.
• Melantih dan membantu lebih ramai lagi perusahaan, koperasi dan petani/ternak terlibat dalam pembibitan dan penggemukan sapi di Kalimantan Barat.
Sistem Yang Menjaminkan
Peternakan sapi secara traditional ternyata tidak akan membantu swasembada sapi 2014. Koperasi ini mengambil initiatif untuk membuat perubahan yang perlu untuk mengadakan bibit sapi potong yang unggul.
Usaha peternakan yang disarankan bertahap dan setiap kelompok peternak mempunyai peran masing-masing dalam proses penyediaan sapi potong:
• Nucleus – Pengadaan jenis sapi murni dan unggul – (Pemerintah )
• Multiplier – Pembiakkan F1 dari pembibitan Nucleus untuk menambah jumlah sapi unggul – (Swasta/Koperasi)
• Cow Calf – Kelompok ternak sapi induk F1, anak dan pejentan unggul F1 – (Swasta/Koperasi )
• Fattener - Penggemukkan – (Swasta/Koperasi/Petani)
KOPERASI SERBA USAHA KARYA AMPUH
Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh ditubuhkan pada 12 Juli 1998 dengan jumlah anggota awal 25 orang. Pendirinya disetujui oleh Kantor Departeman Koperasi dan UKM Kota Potianak pada tanggal 5 Oktober 1998. Legalitas hukum adalah seperti berikut:
Nombor Badan Hukum : 35/BH/X/Tanggal 5 Oktober 1998
NPWP : 2.086.037-5-701
Surat Izin : No. 789/2005/UP2T/R-II/B/2003
SKSRP : No. 012/PBSP-KB/VIII/2002
Surat Usaha Jasa Konstruksi : No. 1-C00386-147-2-000326
Tanda Anggota Gapensi : No. 18.07.0658
Sejarah bermula dengan inspirasi perkumpulan anak muda yang memiliki potensi dan kemauan bekerja dengan berbagai latar belakang pendidikan, keterampilan, minat dan bakat serta kemampuan yang dikembangkan sehingga mempunyai nilai ekonomis. Dari sebuah perkumpulan tersebut, dengan potensi yang ada dilanjutkan dengan pekembangan dalam bentuk kegiatan usaha menjual ayam, sayuran, bua-buahan, ikan, hasil laut dan konveksi. Melihat pekembangan tersebut, maka tercetuslah ide untuk membentuk sebuah badan usaha yaitu Koperasi dengan nama “Karya Ampuh – Anak Muda Punya Harapan), karena yang melaksanakan usaha tersebut sebahagian besar adalah anak muda yang baru menyelesaikan pendidikan di tingkat SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.
Koperasi saat ini terlibat dalam bisnis simpan pinjam dan usaha payment point listrik. Anggota koperasi telah bertambah menjadi seramai 457 orang dan mereka berminat dalam agribisnis dan telah membuat kesepakatan kerjasama dengan PT. Bina Tani Prima dari Indonesia dan Foshwa Sdn Bhd dari Malaysia untuk sama-sama mencari kesempatan untuk melabur dalam industri komodi kelapa sawit, sapi, jagung dan unggas ayam kampong dan telur.
MISI
Menjadi perusahaan kebun berintegrasi yang unggul untuk mencapai tujuan membina kesejahteraan, masyarakat dan inspirasi pertanian nasional.
TUJUAN PLAN BISNIS
• Membentuk kerjasama antar Pemerintah, Perusahaan, Koperasi dan Masyarakat untuk swasembada sapi 2014.
• Menyarankan kepada Pemerintah untuk memurnikan sapi PO dengan pejantan sapi Nelore/Bali dan anak F1 dari persilangan ini diternak dan dikembangbiakkan secara terintegrasi oleh perusahaan, koperasi, dan masyarakat pendesaan.
• Memohon pinjaman untuk penyediaan bibit sapi PO murni melalui Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) dan bantuan daripada Kementerian Koperasi.
• Menyakinkan BIMP EAGA, Indonesia mempunyai potensi ternakan sapi potong untuk diexpor dan layak mendapat bantuan perdanaan dari BIMP EAGA kepada perusahaan SME terutama Koperasi masyarakat.
• Membuka kesempatan untuk pengusaha luar negeri masuk dan berinvestasi dalam bisnis pembibitan dan penggemukan sapi di Kalimantan Barat.
TUJUAN PROYEK
• Pembibitan dan pemurnian sapi Induk PO dengan sapi Pejantan Nelore dan sapi Pejantan Bali.
• Penggemukan sapi potong untuk menampung kos pembibitan sapi.
LOKASI PROYEK
Lokasi: Desa Rasau Jaya Umum, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Letak Geografis
Strategis terletak pada jalur pelayaran internasional, dekat dengan Jakarta, Batam dan Riau. Berbatasan langsung dengan bagian Sarawak (Malaysia Timur), Brunei dan Singapura Lahan Transmigrasi.
Lahan
• Lahan – 29 Ha.
KONSEP PERTERNAK INTEGRASI TERNAKAN (PINTAR)
Bidang usaha berimput rendah. Sapi dibawa masuk dan diberi rumput dan pakan yang sediaada dilinkungan atau mudah disediakan oleh penternak setempat.
Input lain:
Obat-obatan
Garam galian
Sumber air
Peralatan pengenalan ternakan
Kandang
Sistem berpagar
TERNAKAN PILIHAN SAPI BALI DAN PO
Sapi Bali
Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia dan merupakan hasil domestikasi dari Banteng (bibos banteng) dan merupakan sapi asli Pulau Bali. Sapi Bali merupakan breed yang mempunyai potensi besar dengan populasi sekitar 26,92%. Perkembangannya sangat cepat karena kesuburannya tinggi dan efesien serta dapat memanfaatkan hijauan yang kurang bergizi. Untuk lebih meningkatkan populasi sapi Bali dibutuhkan manajemen yang baik terutama dalam pengendalian pengeluaran ternak dengan memperhatikan nilai pertambahan alami (natural increase), mortalitas, ternak pengganti (replacement stock), jumlah ternak tersingkir, pemasukan ternak hidup dan besarnya proyeksi kenaikan populasi ternak dan perkawinan antar breed.
Di Indonesia perkembangan sapi Bali sangat cepat dibanding dengan breed potong lainnya. Persentase karkas tinggi, daging tanpa lemak, heterosis positif tinggi pada persilangan, daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan persentase beranak dapat mencapai 80 persen. Selain beberapa keunggulan di atas terdapat juga beberapa kekurangan yakni bahwa sapi Bali pertumbuhannya lambat, rentan terhadap penyakit tertentu misalnya; penyakit jembrana, peka terhadap penyakit ingusan (malignant catarrhal fever) dan Bali ziekte.
Sapi Peranakan PO
Sapi PO merupakan sapi impor yang telah menadaptasi sepenuhnya dengan iklim di Indonesia . Bobot hidup bervariasi mulai 200 kg hingga mencapai sekitar 450 kg. Saat ini sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak di silangkan dengan sapi Brahman dan lain-lain sapi Bos taurus. Sapi PO adalah bangsa sapi hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina lokal di Jawa. Berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir.
Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Presentase karkas rendah cuma 45%.
Kemurnian populasi, kualitas genetik, kualitas dan kuantitas produksi akan dibaiki dan dikahwin silang semula dengan jenis keturunan asalnya (Onglore/Nelore) untuk meningkatkan produksi daging. Sapi Nelore asalnya dari keturunan sapi berasal dari daerah Angole di India. Sapi ini dibawa ke Brazil yang kemudian dikembang biak menjadi baka Nelore. Ia telah beradaptasi dengan baik dengan cuaca dan persekitaran negara Brazil dan negara –negara Amerika Selatan.
Sapi Nelore berjumlah 100 juta di Brazil dan sangat potensial dan secara genetic telah berkemampuan beradaptasi terhadap lingkungan khatulistiwa.
SIFAT-SIFAT SAPI NELORE
• Species Bos indicus
• Bonggol diatas bahu.
• Kulit longgar.
• Warna putih abu dengan kulit, mulut dan ekor hitam.
• Cuping terpendek dari semua tipe Bos Indicus.
• Tahan panas serangan serangga.
• Kaki panjang yang membantu berjalan dan makan dalam linkungan berair.
• Metabolism rendah yang mengurangkan panas dan sapi ini boleh kurang makan dan jarang kembong perut.
• Bentuk badan panjang dan tinggi, bagian penting selamat dari luka dan jangkitan kuman.
Sifat-sifat ini menjadikanya lebih efisien dan produktif dipembibitan.Induk Nellore boleh menghasilkan anak sangat lama, pandai menjaga anak dan mempunyai susu yang cukup untuk kesehatan anak-anak yang dilahirkan.
KEUNGGULAN NELORE
• Sapi Nellore dibiakkan di Brazil karena sapi ini tahan cuaca dan linkungan yang tidak sesuai untuk sapi lain.
• Ketahanan ini mengizinkan sapi Nelore diternak secara pengembalaan.
• Sapi disuntik, ditanda dan dirawat setahun sekali.
• Sapi dihasilkan dan ditingkatkan berat badan dengan hanya memakan rumput dilapangan.
RANCANGAN PEMBIAKKAN SAPI PERANAKAN PO DAN BALI
Produktivitas Sapi
Produktivitas adalah hasil yang diperoleh dari seekor ternak pada ukuran waktu tertentu. Produktivitas sapi potong biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat reproduksi dan pertumbuhan. Aspek produksi seekor ternak tidak dapat dipisahkan dari reproduksi ternak yang bersangkutan, dapat dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan terjadi produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efesiensi produksi ternak dibatasi oleh tingkat dan efesiensi reproduksinya.
Produktivitas nyata ternak merupakan hasil pengaruh genetik dan lingkungan terhadap komponen-komponen produktivitas. Performan seekor ternak merupakan hasil dari pengaruh faktor keturunan dan pengaruh komulatif dari faktor lingkungan yang dialami oleh ternak bersangkutan. sejak terjadinya pembuahan hingga saat ternak diukur dan diobservasi. Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya. Seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin panampilan apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik.
Produktivitas ternak potong di Indonesia masih tergolong rendah dibanding dengan produktivitas dari ternak sapi di negara-negara yang telah maju dalam bidang peternakannya. Usaha harus dibuat untuk meningkatkan produktivitas sapi daging melalui modofikasi lingkungan atau mengubah mutu genetiknya dan dalam praktek adalah kombinasi antara kedua alternatif diatas.
Komponen produktivitas sapi potong adalah jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet (calf crop), perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan. Tabel 1 menunjukkan rataan persentase kelahiran, kematian dan calf crop beberapa sapi potong di Indonesia.
Tabel 1. Rataan persentase kelahiran, kematian dan calf crop beberapa sapi potong di Indonesia
Bangsa Kelahiran Kematian Calf crop
Brahman
Brahman cross
Ongole
Lokal cross
Bali 50,71
47,76
51,04
62,47
52,15 10,35
5,58
4,13
1,62
2,64 48,80
45,87
48,53
62,02
51,40
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa sapi Bali memperlihatkan persentase kelahiran 52,15% lebih tinggi di banding dengan sapi Brahman 50,71%, Brahman cross 47,76% dan sapi Ongole 51,04% kecuali Lokal cross (Lx) 62,47%, demikian pula calf crop sapi Bali 51,40% lebih tinggi dibanding sapi Brahman 48,80%, Brahman cross 45,87% dan sapi Ongole 48,53% kecuali Lokal cross sebesar 62,02 % serta persentase kematian yang rendah. Hal tersebut dapat memberi gambaran bahwa produktivitas sapi Bali sebagai sapi asli Indonesia masih tinggi, namun jika dibandingkan dengan sapi asal Australia masih tergolong rendah yakni calf crop-nya dapat mencapai 85 %.
Sifat produksi dan reproduksi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bangsa sapi, keadaan tanah, kondisi padang rumput, penyakit dan manajemen. Oleh karena itu perbaikan mutu sapi potong haruslah ditekankan pada peningkatan sifat produksi dan reproduksi yang ditunjang oleh pengelolaan yang baik dari segi zooteknis dan bioekonomis.
Penampilan produktivitas sapi Bali di beberapa Provinsi dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Penampilan produktivitas sapi Bali di beberapa Provinsi di Indonesia
Keterangan Sul.Sel NTT Irja NTB Bali P3Bali
Berat Lahir (Kg)
Berat Sapih (Kg)
Berat 1 th, Jantan (kg)
Betina (Kg) Berat 2 th, Jantan (Kg)
Betina (Kg)
Berat Dewasa, Jantan (kg)
Betina (Kg)
Ukuran Tubuh Dewasa :
Jantan :
Lingkar Dada (cm)
Tinggu gumba (cm)
Panjang badan (cm)
Betina :
Lingkar Dada (cm)
Tinggu gumba (cm)
Panjang badan (cm)
Persentase beranak/th (%)
12
70
115
110
210
170
350
225
181,4
122,3
125,6
160,0
105,4
117,2
76 12
75
120
110
220
180
335
235
180,4
126,0
134,8
158,6
114,0
118,4
70 12,8
73,5
118
111
218
179
352
235
180,6
125,6
132,1
159,2
112,8
118,0
66
13
72
117,8
113
222
182
360
238,5
182
125,2
133,6
160,0
112,5
118,0
72 16
86
135
125
235
200
395
264
185,5
125,4
142,3
160,8
113,6
118,5
69 18
94
145
135
260
225
494
300
198,8
130,1
146,2
174,2
114,4
120,0
86
Penelitian mengenai perbandingan indek perdagingan sapi-sapi Indonesia dengan sapi Austrlaia telah dilakukan di RPH Ciroyom Bandung. Penelitian ini menggunakan 75 ekor sapi lokal dan 25 ekor sapi ACC. Sapi mempunyai kondisi tubuh sedang dengan kisaran umur 2,5 sampai 3,5 tahun. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui nilai indek perdagingan sapi-sapi lokal dan sapi Australia. Metode Penelitian yang digunakan adalah Causal Comparatif. Perubah yang diukur adalah bobot hidup, bobot karkas, panjang karkas dan indek perdagingan. Data yang terhimpun dianalisis berdasarkan metode sidik ragam selanjutnya untuk mengetahui perbedaan diantara bangsa sapi digunakan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase karkas tertinggi diperoleh dari sapi Bali dengan rataan 54,00 persen, kemudian sapi ACC 51,00 persen, sapi Madura 47,00 persen dan sapi PO 44,00 persen. Pada perhitungan indek perdagingan sapi Australia nyata lebih tinggi yaitu 1,415, sedangkan sapi Bali 1,232 dan sapi PO bernilai 1,210. Sapi Bali mempunyai potensi yang baik seperti sapi ACC.
Koperasi ini berpendapat silangan sapi induk PO dengan sapi pejantan Bali dan Nelore mempunyai potensial agribisnis yang sangat bagus untuk tujuan swasembada sapi 2014.
PEMBIBITAN SAPI PO DAN BALI
Koperasi akan membawa masuk ke pembibitan 100 ekor induk sapi PO dari Pulau Jawa dan 3 ekor pejantan sapi Bali dari Pulau Bali dan 2 ekor sapi Nelore atau semennya dari Brasilia untuk dikawin silang di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sapi diternak dalam sistem perkandangan dan penggembalaan. Induk dan anak dikeluarkan dari kandang setiap pagi. Induk yang berahi akan dimasukkan ke kandang pejantan dan dikeluarkan pada hari berikutnya. Sapi dibiarkan dilapangan sekitar 5-6 jam setiap hari dan pakan tambahan diberi dikandang setiap sore.
Anak-anak sapi hasil F1 kawin silang antar PO/Bali dan Nelore adalah sapi unggulan pembibitan koperasi ini dan sesuai dikembangbiak dikebun sawit dan lahan-lahan kosong dan terbiar di Kalimantan Barat. Produk sapi ini akan memiliki sifat-sifat unggulan dari induk dan pejantan yang digunakan.
Persiapan Lapangan
• Tanaman Rumput Gajah Taiwan – 4 ha
• Kadang induk & anak sapi
• Kadang pejantan
• Pagar
• Gudang pupuk
• Gudang pakan ternak
• Rumah Karyawan
• Tempat proses pupuk
• Kolam
PEDOMAN TEKNIS
Pengelolaan perkahwinan
• Sapi betina - > 18 -24 Bulan
• Keadaan berahi – tempoh 24 jam
• Berahi berikutnya 18 – 24 hari kemudian
• Sapi Berahi - Berbunyi bising
Kemaluan merah dan membengkak
Keluar lendir dari kemaluan
Panjat memanjat sesama sendiri
Mengasing diri, gelisah dan kurang makan.
• Ratio Induk/Pejantan 20:1
Sapi Bunting
• Sapi bunting tidak akan menunjukkan tanda-tanda berahi. Tempoh bunting 283 hari.
• Selepas melahirkan anak sapi betina boleh dikahwinkan semula apabila datang berahi pada 40-60 hari kemudian.
• Sapi betina tidak sesuai untuk dibiakkan lagi selepas 5-6 kali beranak atau pada umur 8 – 10 tahun.
Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan dengan 2 cara: yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening)
Pada siang hari penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput sekitar 5-7 jam per hari.
Pada waktu malam di kandang pakan tambahan diberikan dan ditambah mineral.
Pakan Tambahan
Bahan Kering
(%) Protein
(%) Tenaga
(Mj/kg) Kalsium Fosforus
Rumput Napier 18.4 12.2 8.0 0.30 0.24
Jagung Kisar 89.7 9.3 12.48 0.32 0.35
Batang Jagung 37.6 12.2 7.50 0.32 0.34
Berat (g/Hari) Bahan
Kering Protein
(Kg) Tenaga Kalsium Fosforus Vitamin A (i.u)
100 500 2.8 0.361 30.0 16 8 4200
150 500 4.0 0.476 39.4 18 11 6400
200 700 5.8 0.640 52.7 21 14 8500
250 700 6.3 0.718 61.2 23 17 10600
300 700 7.3 0.777 64.6 24 18 12700
350 800 7.4 0.811 73.3 26 19 12700
400 600 9.0 0.902 83.6 27 21 17000
450 600 9.5 0.898 91.3 28 22 19100
Perkandangan
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang, tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
Kesehatan Ternak
Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Pengendalian: penyakit sapi yang paling baik adalah menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusahakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
Surveilans berbagai penyakit pada sapi serta pengendalian berbagai penyakit pada sapi berdasarkan hasil surveilans. Tugas bersama diperlukan antara BPPV, BBVet dan Dinas Peternakan di kabupaten/kota serta propinsi.
Berbagai penyakit tentunya sudah diketahui dapat mempengaruhi reproduktif sapi dan produktivitas sapi. Penyakit yang dapat mempengaruhi reproduksi dan produktivitas dalam populasi dan masih ada di Indonesia diantaranya brucellosis, infectious bovine rhinotracheitis (IBR), bovine viral diarrhea (BVD), cacing hati (fasciolosis) dan berbagai penyakit strategis lain.
PENGGEMUKAN SAPI PO
Untuk membantu membiayai kos pengurusan pembibitan koperasi juga akan berusaha dalam penggemukan sapi potong. Sapi jantan PO akan dibawa masuk dari Pulau Jawa bagi tujuan ini. Pada setiap bulan koperasi akan membawa masuk 50 ekor sapi potong dan mula menjual pada bulan keempat. Jumlah sapi potong yang akan digemukan sebanyak 600 ekor setiap tahun.
Sapi diternak sama dengan pola ternak di pembibitan.
Persiapan Lapangan
• Lapangan rumput alami
• Kadang sapi potong
• Pagar
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
• Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
• Matanya tampak cerah dan bersih.
• Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
• Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
• Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
• Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
• Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
• Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe sapi yang cocok yaitu jenis sapi PO atau Brahman. Ciri-ciri sapi potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
• tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
• kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
• laju pertumbuhannya relatif cepat.
• efisiensi bahannya tinggi.
Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam pemeliharaan sapi adalah:
• Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
• Mempermudah perawatan dan pemantauan.
Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Koperasi akan mencoba kedua alternatif ini pada peringakat awal.
Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan2 cara: yaitu penggembalaan (pasture fattening), kereman (dry lot fattening).
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara dijatah/disuguhkan yang dikenal dengan istilah kereman. Setiap hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
Karkas Sapi
Tujuan peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia.
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang tidak dapat dimakan).
Potensi Kenaikan Berat Jenis-Jenis Sapi
Jenis Berat (Kg) Bakalan Kenaikan Karkas
(Kg) (Kg) Kg/Hari) %
1 Brahman Cross 550-800 250-300 1,5-2 48,6-54,2
2 Bali 300-400 200 0.66-1 56,9
3 Peranakan PO 584-600 250 0.8-1 45
4 Simmental 800-1,150 250-300 1,5-2 50
Target Penggemukan:
Bakalan sapi PO berbobot < 300 kg/ekor seharga Rp 5,5 juta/ekor.
Digemukan selama 100-200 hari sehingga berbobot > 400 kg/ekor.
Harga jual > Rp 6-8 juta /ekor.
Laba bersih > Rp 600,000 – Rp 1 juta/ekor.
PASARAN DAN EKONOMI
Kebutuhan daging nasional pada 2009 mencapai 390,000 ton atau setara 2,1 juta ekor. Dari jumlah itu produksi lokal hanya 1,1 juta ekor. Selisih kekurangan sebesar 1 juta ekor itu dipenuhi dari impor sapi yang mencapai 700,000 ekor.
Saat ini tingkat kosumsi daging sapi di Indonesia berkisar 1,8-2 kg/kapita/tahun. Jumlah itu jauh tertinggal dibanding negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang masing-masing mencapai 7 kg/kapita/tahun dan 25 kg/kapita/tahun. Dengan konsumsi 1,8 kg/kapita/tahun dan asumsi jumlah penduduk 230 juta pada 2009, saat ini dibutuhkan 414 juta kg daging sapi. Angka itu apabila dikonversi menjadi sapi hidup dengan 2,406 juta ekor.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian kini tengah gencar menyukseskan program swasembada sapi pada 2014. Penyediaan daging sapi dalam negeri diproyeksikan meningkat menjadi 90% pada 2014 dari semula 67% (2010). Target konsumsi juga hendak ditingkatkan menjadi 10 kg/kapita/tahun. Indonesia perlu mewujudkan paling tidak 10 juta sapi setiap tahun dengan asumsi jumlah penduduk sama seperti pada 2009.
PROYEKSI PASOKAN DAN KEBUTUHAN (Ribu Ton)
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
Penyediaan daging dalam negeri
329,36
351,35
376,43
404,56
435,82
Penyediaan produk lokal 282,99 316,13 349,68 384,24 420,38
Kawin alam 105,11 115,29 122,90 128,18 131,26
Hasil IB 177,87 200,84 226,78 256,06 289,12
Penyediaan produk lokal total penyediaan 70,2 75,53 89,50 85,29 90,01
Pemasukan eks bakalan setara daging 46,37 35,22 26,76 20,32 15,44
Pemasukan eks bakalan 260,05 198,86 149,02 112,81 85,40
Impor dading sapi 73,76 67,21 57,94 45,96 31,23
Total penyediaan daging sapi 403,12 418,56 434,37 450,53 467,04
Penyediaan produk impor terhadap total penyediaan (%) 3,83 3,78 3,72 3,67
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian RI
Analisa Pasaran dan Plan Pemasaran
PROYEKSI POPULASI 2010 - 2014 (Ribu Ekor)
2010 2011 2012 2013 2014
Sumatra 143,126 172,186 201,270 231,332 263,268
Jawa 166,633 200,454 234,315 269,313 306,492
Bali & Nusatenggara 92,979 111,852 130,744 150,273 171,019
Kalimantan 30,693 36,922 43,153 49,604 56,452
Maluku & Papua 19,974 19,924 23,290 26,768 30,463
453,405 541,338 632,772 727,290 827,694
Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau. Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.
Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam sub segmen yaitu :
1. Konsumen Dalam Negeri (Golongan menengah keatas)
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun selera.
2. Konsumen Asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong, ini porsinya relatif kecil dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya ekspor belum dilakukan.
3. Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi: hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat.
Adapun mengenai tata niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
a) KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia), yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
b) APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan) Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
c) ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia).
HARGA PRODUK DI PASARAN
Pembibitan
Saat ini belum ada sapi unggul hasil kawin silang antar sapi PO dengan Pejantan sapi bali atau sapi Nelore. Produk sapi induk dan pejantan F1 hasil silangan PO/Bali/Nelore mempunyai potensial harga pasaran yang lebih tinggi:
Harga Jualan Sapi Unggul
Jual Induk Afkir @Rp 20,000/kg (300kg/ekor) = Rp 6,000,000/ekor
Jual Induk - Heifers @Rp 22,000/kg (250kg/ekor) = Rp 5,000,000/ekor
Jual Pejantan @Rp 25,000/kg (250kg/ekor) = Rp 6,250,000/ekor
Harga Jualan Sapi Penggemukan
Bakalan sapi berbobot 250 kg/ekor seharga Rp 5 juta/ekor (Rp 20,000/kg) digemukkan selama 100-200 hari hingga berbobot 350-400 kg/ekor dan dijual dengan harga berkisar Rp 6 juta-8.5 juta/ekor (Rp 20,000/kg). Pengusaha menangguk laba bersih Rp 600,000-1 juta/ekor.
KEUANGAN
TERNAKAN PEMBIBITAN SAPI PO DAN SAPI BALI
Ekor/Unit
Kg/Unit
IDR/Unit
Total
Induk 100 250 20,000 500,000,000
Pejantan PO & Bali 6 400 25,000 60,000,000
Pagar listrik 3 4,200,000 12,600,000
Kandang Rawatan 1 28,000,000
Pembaikan Kerosakan 12 Bulan 500,000 6,000,000
Obat dan Rawatan 12 Bulan 500,000 6,000,000
Air 12 Bulan 200,000 2,400,000
2 Karyawan @ IDR 1,960,000/bln 12 Bulan 3,920,000 47,040,000
TOTAL 662,040,000
TERNAKAN FIDLOT PENGGEMUKAN
Kos Kerja Tanah 8,400,000
Kos Kandang 336,000,000
Kos Coral Yard 56,000,000
Pembinaan Setor Makanan 28,000,000
Tangki Air & Saluran Paip 42,000,000
Pemagaran kawasan 28,000,000
Kolam Kumbahan 42,000,000
Alat Penimbang Lembu 33,600,000
Peralatan Makan Lembu 21,000,000
Lain lain Perbelanjaan 28,000,000
TOTAL 623,000,000
600 Ekor
Galian 3,360,000
Pakanan Tambahan 403,200,000
Perubatan 4,590,600
Sapi Bakalan PO/Brahman 3,000,000,000
Vitamin 4,590,600
TOTAL 3,415,741,200
Gaji & Upah - 1 Mandor + 2 Karyawan 116,928,000
Benzine, Solar dll 16,800,000
Pembaikan & Perkhidmatan 6,230,000
Perjalanan & Lesen Jalan 16,800,000
Sewa Lahan 2,800,000
Pemasaran 16,800,000
Pengurusan Kumbahan 4,200,000
Kontingensi @ 10% 17,637,200
TOTAL 198,195,200
Penyata Kewangan dan Penyata Untung –Rugi
Aliran kewangan, Sumber Kewangan Ekuiti Perusahaan dan IRR, B/C Ratio dll.
Titik Pulangan Modal, Tempoh Penangguhan
Jadual Bayaran Balik Pinjaman
ORGANISASI DAN PENGURUSAN
Jumlah anggota Koperasi Serba Usaha Karya Ampuh saat ini adalah 475 orang. Susunan Pengurus dan Pengawas adalah sebagai berikut:
Pengurus:
Ketua : Yuyun Rosida
Sekreteris : Sukandar, ST
Bendahara : Titiek Susanti, S.P.
Pengawas:
Ketua : H. M. Kusyairi Husman, A. Ag
Anggota : Ali Habibi Patra
Anggota : Hadiman
Pengurusan Proyek Pembibitan dan Penggemukan Sapi
Pengurus Proyek Sapi : Asti Okdaliza, S.T
Pengurus /Farm Manager (Koperasi)
Seorang sarjana yang mempunyai pengalaman bekerja minimal tiga tahun disektor swasta dilantik sebagai pengurus dalam usaha peternakan ini. Berpengalaman atau sangat berminat dibidang ternakan sapi, sanggup bekerja dikadang dan cekap menguruskan administrasi dan operational perternakan sapi.
Pengurus bertanggunjawab mengenai semua urusan admisnistrasi dan operational pembibitan dan penggemukan sapi dan harus mencapai target/standar yang ditetapkan oleh koperasi:
Target pembibitan:
Ta
Rget
Anak (<12 bln) Kematian 10% atau kurang /Tahun
Anak (12 - 24 bln) Kematian 5% atau kurang /Tahun
Kematian Dewasa 2% atau kurang /Tahun
Presentase Beranak 80 - 90 %.
Presentase Afkir Induk /Tahun 10 - 15 %.
Penggantian Induk Dari Anak F1
Target penggemukkan:
Masuk / Bln 50 Ekor
Baka Sapi PO Min
Berat Awal 250 Kg Kenaikan Berat 1.00 kg/hari 0.50kg
Berat Akhir 350 Kg Jangkamasa Ternak 100 hari 60 hari
Kematian 1.0% /batch Kadar Makan 6.0 kg/hari
Supervisor Penggemukan Sapi – (1 orang)
• Menyediakan hijauan pakan, memotong rumput atau jagung di gudang pakan hijauan dan membuat laporan-laporan pengadaan hijauan pakan dan merangkap tugas menimbang. Hijauan pakan disediakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kandang.
• Menerima laporan laporan dari para karyawan untuk dikumpulkan kepada manager.
• Menerima laporan stock pengadaan pakan hijauan, pakan konsentrat dan status laporan.
• Menjaga kesehatan dan reproduksi sapi.
• Merangkap kasir / keuanagn atas operasional farm sehari-hari.
• Merangkap sebagai pembelian konsentrat.
• Menginput data dan laporan tertulis di computer.
Karyawan Pembibitan Sapi dan Penggemukan – (4 Orang)
• Bertanggung jawab memonitor kesehatan dan status reproduksi sapi betina indukan dan pejantan.
• Membersihkan kandang dan penyediaan pakan ternakan.
• Membuat laporan-laporan kesehatan, reproduksi dan statusnya.
• Membuat dan melaporkan status sapi: perkawinan sapi, kebuntinagn sapi, laporan
deteksi perkawinan dan status kelahiran sapi.
Strategi Pengurusan Sumber Manusia Sekarang dan di Masa Hadapan
Semua karyawan dari Pengurus sehingga karyawan harian akan diberi perlatihan dan dibawa membuat studi banding mempelajari cara peternakan sapi sistem pergembalaan di sekitar Kalbar dan Sarawak, Malaysia.
H Yaakob Mahmud dari perusahaan PT. Bina Tani Prima akan bertindak sebagai konsultan. Beliau yang mempunyai pengalaman pembibitan dan penggemukkan sapi didalam kebun sawit di Malaysia dan akan membantu koperasi untuk memberi latihan dan berhasilnya proyek ini.
PINJAMAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS)
Proyek Pembibitan Sapi PO/Bali ini merupakan upaya peningkatan kinerja biologi ternak sapi melalui penerapan teknologi secara sinergis sehingga dapat menekan angka kematian, memperpendek jarak beranak dan mempercepat pertumbuhan. Proyek Penggemukan pula adalah usaha sampingan yang perlu diusahakan bersama untuk menampung pembiayaan di Pembibitan. Saat ini orang banyak belum mempedulikan qualitas sapi dan mereka rata-rata tidak mempedulikan keunggulan sapi lokal. Untuk masa terdekat sapi unggulan PO/Bali yang dihasilkan masih berharga rendah dan secara bertahap akan meningkat sesuai dengan kesadaran masyarakat.
Apabila pengembangan sapi PO/Bali dengan manajemen terpadu yang berbasis kandang kolektif ini berhasil dan diterapkan pada seluruh wilayah di Kalimantan Barat diharapkan akan tumbuh lagi pusat-pusat pembibitan sapi PO/Bali di pedesaan dengan produksi unggul yang lebih banyak, seragam dan kontinyu sehingga dapat mendukung penyediaan sapi bibit dan bakalan sapi potong di Kalimantan Barat.
Dengan model pengembangan berbasis kandang kolektif ini, Kalimantan Barat diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penyediaan sapi bibit dan bakalan unggul untuk pembibitan dan penggemukan.
Apresiasi perlu diberikan kepada para peternak dan pengusaha pembibitan sapi PO/Bali dengan memberikan harga bibit yang layak sesuai dengan standar mutu, harganya lebih tinggi dibandingkan dengan gabah untuk konsumsi.
Permohonan Pinjaman KUPS
Sebesar lapan puluh persen (80%) pengusahaan ternak sapi potong di Indonesia dilakukan oleh peternak traditisional, dua puluh persen (20%) selebihnya oleh perusahaan penggemukan. Oleh karena itu kinerja produksi masih perlu terus didorong. Termasuk memperpendek jarak kelahiran dari 18-21 bulan menjadi 14-16 bulan, meningkatkan angka kelahiran dari 21% menjadi 80% dan memperbaiki bobot karkas dari 146 kg menjadi 250 kg.
Usaha peternakan sapi potong dengan mengedepankan prioritas pada industri pembibitan, pembesaran dengan sistem usaha agribisnis perlu didukung. Sistem agribisnis sapi potong yang diusahakan dengan terpadu dan saling mendukung adalah fundamental pengembangan populasi sapi nasional. Namun, sampai saat ini belum ada usaha khusus yang menghasilkan bibit sapi potong.
Pihak Koperasi berpendapat Pemerintah harus segera melakukan promosi bibit ternak lokal unggulan, sebelum negara lain mengklaim jenis tersebut sebagai kekayaan asli mereka. Pemerintah juga harus segera memulai proyek “National Breed”, dan membantu perusahaan daerah untuk mengembangkan bibit lokal, melokalisasi dan mengelolanya dengan maksimal agar bibit-bibit unggul tersebut bisa berkembang menjadi bibit ternak unggul nasional, serta memantau distribusinya.
Oleh itu Koperasi sangat mengharapkan Pemerintah memberikan insentif pembiayaan untuk usaha penbibitan ini melalui pemberian subsidi suku bunga dalam bentuk skim Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS).
Langganan:
Postingan (Atom)